ASEAN di Bawah Malaysia 2025: Perkuat Ketahanan Ekonomi dan Sentralitas Regional Hadapi Geopolitik Pasca-Pemilu AS
Desember 2025. Langit geopolitik global masih diselimuti ketidakpastian pasca-pemilu Amerika Serikat yang baru saja usai. Dinamika baru di Washington, apa pun hasilnya, pasti akan meresonansi di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara. Di tengah lanskap ini, tampuk kepemimpinan ASEAN berada di tangan Malaysia, sebuah peran krusial yang menuntut visi tajam dan kepemimpinan strategis. Fokus utama Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025 adalah bagaimana ASEAN dapat memperkuat ketahanan ekonomi dan menjaga sentralitasnya di panggung regional maupun global, menghadapi arus geopolitik yang makin kompleks.
Visi Malaysia untuk ASEAN yang Berketahanan dan Inovatif
Dengan tema yang kemungkinan besar berpusat pada 'Mendorong Komunitas ASEAN yang Berketahanan dan Inovatif', Malaysia akan menggarisbawahi pentingnya persatuan, kesejahteraan bersama, dan adaptasi terhadap perubahan. Prioritas Malaysia diproyeksikan mencakup beberapa pilar utama yang bertujuan untuk memperkuat fondasi kawasan:
- **Mendorong Integrasi Ekonomi Digital:** Membangun ekosistem digital yang kuat, memfasilitasi perdagangan elektronik lintas batas, dan mempercepat adopsi teknologi 4.0 di seluruh negara anggota.
- **Mempercepat Transisi Hijau dan Ekonomi Berkelanjutan:** Mendorong investasi dalam energi terbarukan, praktik ekonomi sirkular, dan solusi mitigasi perubahan iklim, sejalan dengan agenda keberlanjutan global.
- **Memperkuat Kapasitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM):** Memberikan akses lebih baik kepada UMKM terhadap pembiayaan, teknologi, dan pasar regional, mengingat perannya sebagai tulang punggung ekonomi kawasan.
- **Meningkatkan Konektivitas Regional:** Baik fisik (infrastruktur), institusional (standar harmonisasi), maupun antar-manusia, untuk memfasilitasi pergerakan barang, jasa, dan modal secara lebih efisien.
Memperkuat Ketahanan Ekonomi ASEAN
Kuatnya guncangan ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir menuntut ASEAN untuk membangun fondasi yang lebih kokoh, yang tidak hanya mampu bertahan dari krisis tetapi juga keluar lebih kuat. Di bawah kepemimpinan Malaysia, strategi penguatan ketahanan ekonomi akan mencakup:
- **Penguatan Rantai Pasok Regional:** Mendorong diversifikasi sumber pasokan dan produksi intra-ASEAN, mengurangi ketergantungan pada satu negara atau wilayah, serta meningkatkan kapasitas logistik dan infrastruktur pelabuhan. Pemanfaatan penuh Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) akan menjadi kunci.
- **Akselerasi Ekonomi Digital:** Mempercepat implementasi kerangka kerja ekonomi digital regional, memfasilitasi pembayaran lintas batas, dan mengembangkan talenta digital yang kompeten. Ini akan mencakup fokus pada kecerdasan buatan (AI), blockchain, dan keamanan siber.
- **Transisi Menuju Ekonomi Hijau:** Mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam kebijakan ekonomi, menarik investasi hijau, dan mengembangkan sektor-sektor seperti kendaraan listrik (EV), energi surya, dan hidrogen. Hal ini juga akan membuka peluang pertumbuhan baru.
- **Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM):** Berinvestasi dalam pendidikan vokasi, pelatihan ulang, dan peningkatan keterampilan (reskilling dan upskilling) tenaga kerja ASEAN agar siap menghadapi tuntutan ekonomi masa depan, khususnya dalam sektor digital dan hijau.
Menjaga Sentralitas Regional di Tengah Arus Geopolitik
Sentralitas ASEAN bukan sekadar slogan, melainkan pilar penting stabilitas regional. Dalam konteks geopolitik pasca-pemilu AS, di mana persaingan kekuatan besar berpotensi semakin meruncing atau berubah arah, peran ASEAN sebagai platform dialog dan kerja sama menjadi sangat vital. Malaysia akan berupaya menjaga sentralitas ini melalui:
- **Diplomasi Multi-Track dan Keterlibatan Mitra:** Terus memperkuat forum-forum seperti KTT Asia Timur (EAS), Forum Regional ASEAN (ARF), dan Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Plus (ADMM-Plus) sebagai wadah dialog terbuka dan inklusif. ASEAN harus mampu terlibat dengan semua kekuatan besar tanpa terjebak dalam politik blok.
- **Pengembangan Visi Indo-Pasifik yang Inklusif:** Mendorong kerangka Indo-Pasifik yang berpusat pada ASEAN (AOIP) sebagai alternatif terhadap inisiatif kekuatan besar lainnya, menekankan inklusivitas, keterbukaan, dan multilateralisme.
- **Penyelesaian Isu Regional yang Sensitif:** Meneruskan upaya kolektif untuk menemukan solusi konstruktif bagi krisis Myanmar dan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan melalui dialog dan kepatuhan terhadap hukum internasional. Malaysia akan berupaya mengaktifkan kembali "Konsensus Lima Poin" untuk Myanmar.
- **Mempertahankan Prinsip Non-Intervensi dan Konsensus:** Prinsip-prinsip ini, yang menjadi ciri khas "ASEAN Way", akan menjadi kunci untuk menjaga persatuan dan kohesi di tengah tekanan eksternal dan perbedaan internal.
Tantangan dan Jalan ke Depan
Tentu saja, perjalanan ini tidak lepas dari rintangan serius. Dinamika persaingan AS-Tiongkok, krisis Myanmar yang berlarut, ancaman perubahan iklim, serta potensi proteksionisme ekonomi, semuanya akan menguji kepemimpinan Malaysia dan solidaritas ASEAN. Keberhasilan Malaysia akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk:
- Mendorong konsensus di antara negara-negara anggota yang memiliki kepentingan dan prioritas yang beragam.
- Menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan keamanan di tengah rivalitas kekuatan besar.
- Mengimplementasikan keputusan dan inisiatif secara efektif, bukan hanya merumuskannya.
Di penghujung tahun 2025, kepemimpinan Malaysia di ASEAN akan menjadi krusial dalam membentuk arah kawasan di era pasca-pemilu AS. Dengan visi yang jelas dan eksekusi yang solid, ASEAN memiliki potensi besar untuk tidak hanya bertahan dari badai geopolitik global, tetapi juga untuk muncul sebagai mercusuar stabilitas, kemakmuran, dan kekuatan kolektif yang relevan di abad ke-21.